Assalamualaikum,
Jeritan Seorang Perawan Tua…
Sebenarnya saya dah melintasi tajuk ini beberapa kali sepulangnya saya dari kampong setelah menziarahi bapa saudara yang telah kembali kepada Penciptanya..Alfatihah..Sungguh saya tidak rapat dengan pak njang tapi pemergian dia dapat saya rasakan apatah lagi bagi sepupu2 kami yang masih kecil. Setiap kali pulangnya saudara dari tempat yang jauh, maka di rumah pak njang lah tempat mereka berkampung.
Mungkin apa yang saya tulis ini akan menimbulkan kesedihan di hati sepupu saya Asyiqah (memandangkan dia juga pengunjung setia blog ini) dan adik2nya tapi saya yakin mereka telah bersedia dengan keadaan ini. Sungguh saya terasa sayu melihat air mata ahli keluarga kami namun mereka semua merelakannya dan pastinya mereka akan mendoakan hanya yang terbaik buat arwah pak njang.
Berbalik kepada tajuk asal. Apakah yang menarik perhatian saya di sini? Setelah baca emel sebenar dari Ustaz Zaharuddin, barulah saya baca isi kandungannya. Yang saya nampak seblom2 ni hanya respon keatas artikel yang ustaz tampilkan dalam grupnya. Jadi, hari ni baru saya baca betul2 kerana ada sesuatu yang terkesan di hati ini.
Kebetulan hari Khamis (hari ini hari Sabtu) saya mendapat berita seorang yang dikenali di Pasir Putih kerana dia juga sahabat kepada suami saya telah berkahwin satu lagi dengan janda dua anak. Sukar saya nak nyatakan tapi walaupun bukan saya, saya terasa mood saya aritu memang kurang baik. Apatah lagi kalau suami saya ajak saya bercakap tentang poligami. Sorry la abg, wrong timing he he…
Saya seperti dapat merasakan lara dihati isteri pertama kepada sahabat suami saya itu. Tapi, isteri baru dia juga perlukan seseorang disisi. Saya jadi keliru kerana terpaksa mengangguk dan menggeleng dalam masa yang sama. Sungguh pelik lagi malam itu saya mimpikan rumahtangga mereka namun itu bukan mimpi buruk. Sekadar lumrah yang perlu dilalui oleh mereka yang hidup berpoligami.
Perasaan berkecamuk ini sedikit ditambah selepas tgk TV2 jam 10 pagi tadi. Saya tak sempat tgk ending dia sbb ada customer time tu tapi saya rasa mungkin happy ending jugak kot yang mana dia mengisahkan dua org wanita yang bermadu duduk serumah pada mulanya. Yang saya kenal pelakon utama dia lisdawati, elly mazlin dengan nasir bilal khan. Tajuknya Seharum Al-Zahra.
Kenapa agaknya ya penulis skrip ni terfikir untuk buat cerita ni? Ha ha..saya seakan takde mood pulak cek mata customer tadi. Campur dengan hidung yang selsema ni, rasa mcm syahdu2 jek. Uh, ni lah benda yang sahabat saya selalu marahkan saya. Takutkan satu benda walaupun benda tu belum terjadi lagi pun.
Sukar untuk saya jelaskan pendirian saya kerana saya masih mencari lagi sesuatu yang menyebabkan saya senang sekiranya saya menerima poligami dalam keluarga kami. Buat abg, jgnla berangan lebih2 he he…kang baca benda ni ingat lampu hijau pulak. Buat masa ni takde lampu2, takde mood I nak pikir…. Bila ek nak pikir???
Buat mereka yang masih belum membaca ‘JERITAN PERAWAN TUA’, di sini saya copykan untuk anda turut berfikir bersama saya.
***************************************************************
JERITAN PERAWAN TUA
Fenomena bertambahnya jumlah wanita yang terlambat menikah (perawan tua) menjadi satu perkara yang menakutkan saat ini, mengancam kebanyakan pemudi-pemudi di masyarakat kita yang Islami, bahkan di seluruh dunia. Berikut ini marilah kita mendengarkan salah satu jeritan mereka :
Majalah Al-Usrah edisi 80 Dzulqa'dah 1420 H menuliskan jeritan seorang perawan tua dari Madinah Munawaroh,"Semula saya sangat bimbang sebelum menulis untuk kalian karena ketakutan terhadap kaum wanita karena saya tahu bahwasanya mereka akan mengatakan bahwa aku ini sudah gila, atau kesurupan. Akan tetapi, realita yang aku alami dan dialami pula oleh sejumlah besar perawan-perawan tua, yang tidak seorang pun mengetahuinya, membuatku memberanikan diri. Saya akan menuliskan kisahku ini dengan ringkas.
Ketika umurku mulai mendekati 20 tahun, saya seperti gadis lainnya memimpikan seorang pemuda yang multazim dan berakhlak mulia. Dahulu saya membangun pemikiran serta harapan-harapan; bagaimana kami hidup nanti dan bagaimana kami mendidik anak-anak kami... dan.. dan...
Saya adalah salah seorang yang sangat memerangi ta'adud (poligami). Hanya semata Mendengar orang berkata kepadaku, "Fulan menikah lagi yang kedua", tanpa sadar saya mendoakan agar ia celaka. Saya berkata, "Kalau saya adalah istrinya -yang pertama- pastilah saya akan mencampakkannya, sebagaimana ia telah mencampakkanku' . Saya sering berdiskusi dengan saudaraku dan terkadang dengan pamanku mengenai masalah ta'addud. Mereka berusaha agar saya mau menerima ta'addud, sementara saya tetap keras kepala tidak mau menerima syari'at ta'addud. Saya katakan kepada mereka, 'Mustahil wanita lain akan bersama denganku mendampingi suamiku". Terkadang saya menjadi penyebab munculnya problema-problema antara suami-istri karena ia ingin memadu istri pertamanya; saya menghasutnya
sehingga ia melawan kepada suaminya.
Begitulah, hari terus berlalu sedangkan aku masih menanti pemuda impianku. Saya menanti... akan tetapi ia belum juga datang dan saya masih terus menanti. Hampir 30 tahun umurku dalam penantian. Telah lewat 30 tahun... oh Illahi, apa yang harus kuperbuat? Apakah saya harus keluar untuk mencari pengantin laki-laki? Saya tidak sanggup, orang-orang akan berkata wanita ini tidak punya malu. Jadi, apa yang akan saya kerjakan? Tidak ada yang bisa saya perbuat, selain dari menunggu.
Pada suatu hari ketika saya sedang duduk-duduk, saya mendengar salah seorang dari wanita berkata, 'Fulanah jadi perawan tua". Aku berkata kepada diriku sendiri, "Kasihan Fulanah jadi perawan tua", akan tetapi... fulanah yang dimaksud itu ternyata aku. Ya Illahi! Sesungguhnya itu adalah namaku... saya telah menjadi perawan tua. Bagaimanapun saya melukiskannya kepada kalian, kalian tidak akan bisa merasakannya. Saya dihadapkan pada sebuah kenyataan sebagai perawan tua. Saya mulai mengulang kembali perhitungan- perhitunganku, apa yang saya
kerjakan?
Waktu terus berlalu, hari silih berganti, dan saya ingin menjerit. Saya ingin seorang suami, seorang laki-laki tempat saya bernaung di bawah naungannya, membantuku menyelesaikan problema-problemaku ... Saudaraku yang laki-laki memang tidak melalaikanku sedikit pun, tetapi dia bukan seperti seorang suami. Saya ingin hidup; ingin melahirkan, dan menikmati kehidupan. Akan tetapi, saya tidak sanggup mengucapkan perkataan ini kepada kaum laki-laki. Mereka akan mengatakan, "Wanita ini tidak malu". Tidak ada yang bisa saya lakukan selain daripada diam. Saya tertawa... akan tetapi bukan dari hatiku. Apakah kalian ingin saya tertawa, sedangkan tanganku menggenggam bara api? Saya tidak sanggup...
Suatu hari, saudaraku yang paling besar mendatangiku dan berkata, "Hari ini telah datang calon pengantin, tapi saya menolaknya.. ." Tanpa terasa saya berkata, "Kenapa kamu lakukan? Itu tidak boleh!" Ia berkata kepadaku, "Dikarenakan ia menginginkanmu sebagai istri kedua, dan saya tahu kalau kamu sangat memerangi ta'addud (poligami)". Hampir saja saya berteriak di hadapannya, "Kenapa kamu tidak menyetujuinya? " Saya rela menjadi istri kedua, atau ketiga, atau keempat... Kedua tanganku di dalam api. Saya setuju, ya saya yang dulu memerangi ta'addud, sekarang menerimanya. Saudaraku berkata, "Sudah terlambat"
Sekarang saya mengetahui hikmah dalam ta'addud. Satu hikmah ini telah membuatku menerima, bagaimana dengan hikmah-hikmah yang lain? Ya ALlah, ampunilah dosaku. Sesungguhnya saya dahulu tidak mengetahui. Kata-kata ini saya tujukan untuk kaum laki-laki, "Berta'addud- lah, nikahilah satu, dua, tiga, atau empat dengan syarat mampu dan adil. Saya ingatkan kalian dengan firman-Nya, "... Maka nikahilah olehmu apa yang baik bagimu dari wanita, dua, atau tiga, atau empat, maka jika kalian takut tidak mampu berlaku adil, maka satu..." Selamatkanlah kami. Kami adalah manusia seperti kalian, merasakan juga kepedihan. Tutupilah kami, kasihanilah
kami."
Dan kata-kata berikut saya tujukan kepada saudariku muslimah yang telah bersuami, "Syukurilah nikmat ini karena kamu tidak merasakan panasnya api menjadi perawan tua. Saya harap kamu tidak marah apabila suamimu ingin menikah lagi dengan wanita lain. Janganlah kamu mencegahnya, akan tetapi doronglah ia. Saya tahu bahwa ini sangat berat atasmu. Akan tetapi, harapkanlah pahala di sisi ALlah. Lihatlah keadaan suadarimu yang menjadi perawan tua, wanita yang dicerai, dan janda yang ditinggal mati; siapa yang akan mengayomi mereka? anggaplah ia saudarimu, kamu pasti akan mendapatkan pahala yang sangat besar dengan kesabaranmu"
Engkau mungkin mengatakan kepadaku, "Akan datang seorang bujangan yang akan menikahinya" . Saya katakan kepadamu, "Lihatlah sensus penduduk.Sesungguhnya jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki. Jika setiap laki-laki menikah dengan satu wanita, niscaya banyak dari wanita-wanita kita yang menjadi perawan tua. Jangan hanya memikirkan diri sendiri saja. Akan tetapi, pikirkan juga saudarimu. Anggaplah dirimu berada dalam posisinya".
Engkau mungkin juga mengatakan, "Semua itu tidak penting bagiku, yang penting suamiku tidak menikah lagi." Saya katakan kepadamu, "Tangan yang berada di air tidak seperti tangan yang berada di bara api. Ini mungkin terjadi. Jika suamimu menikah lagi dengan wanita lain, ketahuilah bahwasanya dunia ini adalah fana, akhiratlah yang kekal. Janganlah kamu egois, dan janganlah kamu halangi saudarimu dari nikmat ini. Tidak akan sempurna keimanan seseorang sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri". (1)
Demi ALlah, kalau kamu merasakan api menjadi perawan tua, kemudian kamu menikah, kamu pasti akan berkata kepada suamimu "Menikahlah dengan saudariku dan jagalah ia". Ya ALlah, sesungguhnya kami memohon kepadamu kemuliaan, kesucian, dan suami yang shalih"
A.A.N -Madinah
1. HR. Bukhari dalam kitab Iman no 13 dan Muslim no 45.
(Dipetik dari buku "Istriku Menikahkanku" , As-Sayid bin Abdul Aziz As-Sa'dani, Darul Falah, cet. Ogos 2004)
********************************
Dan di bawah ni, respon Ustaz Zaharuddin atas artikel ini yang mungkin ramai tak nampak...
Respond Saya : Re: Jeritan Perawan Tua
Salam,
Perlu melihat artikel yg saya forward itu dgn lebih baik. Saya forward ini di groups bukan utk moral yag disebutkan oleh NAJI ini tapi untuk ingatkan semua, apabila seorang itu mengutuk dan menghina sesuatu hukum seperti 'poligami' sebagai contoh, maka balasan Allah boleh datangkan pelbagai jenis balasan kepada si pengutuk, antaranay adalah dengan cara yang diceritakan di bawah, iaitu si pengutuk yang
anti poligami akhrinya perlukan poligami.
Macam cerita drama baru ini saya sempat lihat di TV, seoranglaki yang benci dengan ustaz dan pengajian agama serta melarang anaknya mengaji agama, akhirnya ustaz itulah yang kebetulan membantu menyelamatkan nyawa si lelaki tu. Then barulah nak insaf..
So, moralnya, jgn hina dan kutuk sbrg hukum agama....bukan suruh nikahkan suami anda ...itu sampingan saja.
sekian
zaharuddin abd rahman
www.zaharuddin.net